Marni
Saputri adalah seorang siswi SMA Negeri 2 Wonosari, Ia saat ini sementara
berjuang dalam ajang OSENAS (Olimpiade Sejarah Nasional) yang diselenggarakan Dirjen Sejarah RI, di Universitas Indonesia , Depok
Jawa Barat. Sebelumnya, Ia Terpilih sebagai juara 1 Tingkat Provinsi Gorontalo
dalam jenis lomba Tutur Sejarah. Namun kali ini saya tidak akan membahas bagaimana
prosesnya. Terlebih saya akan menelaah apa sih itu Seni Tutur Sejarah? Langsung
saja yaaa.
Seni
menurut KBBI berarti halus, kecil dan halus, lembut dan enak didengar, karya
yang bermutu. Sedangkan, Menurut Aristoteles
seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari persaan dan sifat indah,
sehingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia.
Tutur
menurut KBBI berarti ucapan, perkataan (yang diucapkan) atau kata yang yang
diujarkan. Sedangkan Chaer (2004: 16) tindak tutur merupakan gejala individual
bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si
penutur dalam menhadapi situasi tertentu. Sejarah itu sendiri menurut KBBI
adalah asal usul (keturunan) silsilah. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau.
Menurut
saya seni tutur sejarah adalah karya yang bermutu,lembut dan enak didengar melalui
ucapan yang bersifat individual melalui kejadian atau peristiwa yang
benar-benar terjadi.
Berikut ini adalah
contoh teks seni tutur sejarah yang dibawakan oleh Marni Saputri.
sumber: Pahlawancenter.com |
Dalam catatan
resmi sejarah negara, proklamator kemerdekaan Indonesia secara nasional adalah
Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta, yang kemudian dikenal sebagai presiden dan
wakil presiden pertama di negeri ini. Namun tahukah kita bahwa jauh sebelum
kedua tokoh ini, pernah ada sosok yang lebih dulu memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia? Dialah Nani Wartabone, seorang pahlawan yang memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia setelah memorak-porandakan pasukan Belanda di Gorontalo
pada 23 Januari 1942.
Siapa sebenarnya sosok Nani
Wartabone? tidak banyak yang mengetahui tentang kisah tokoh yang dianugerahi
gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2003 silam oleh presiden Indonesia
saat itu, Megawati Soekarnoputri. Nani Wartabone lahir di Gorontalo pada 30
Januari 1907, dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang cukup berada. Ayahanda
adalah Zakaria Wartabone yang bekerja untuk pemerintah Belanda, sementara Ibunya
adalah seorang keturunan bangsawan di daerahnya. meskipun ayahnya bekerja untuk
pemerintah Belanda, sejak kecil Nani Wartabone memiliki sentimen yang buruk kepada
pemerintah kolonial. ia pernah membebaskan tahanan orang tauanya, sebab ia tak
sampai hati melihat rakyat kecil dihukum.
Perjuangan dalam merebut kemerdekaan
Indonesia dimulai ketika ia terlibat dalam pendirian organisasi kepemudaan Jong
Gorontalo pada tahun 1923 di Surabaya. Nani terlibat dalam kepengurusan dan
membentuk posisi sekretaris di Jong Gorontalo. Di Gorontalo, ia bersama rakyat
berjuang melawan tentara Belanda, bergerak sekuat tenanga untuk mengusir kaum
penjajah. puncaknya adalah ketika mereka berhasil menangkap Kepala Jawatan
Tentara Belanda di Gorontalo pada saat itu. lewat kejadian itu, bumi Gorontalo
kemudian terbebas dari penduduk Belanda. Selesai dari penangkapan kepala
Jawatan Tentara Belanda Tersebut, Nani Wartabone memimpin upacara pengibaran
Bendera Merah Putih yang diiringi oleh nyanyian Indonesia Raya. Perayaan
kemerdekaan berlangsung di Gorontalo. Pada tanggal 23 Januari 1942, tiga tahun
sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan, Nani Wartabone sudah menyatakan kemerdekaannya .
" Pada hari ini, 23 Januari
1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka. bebas, lepas
dari penjajahan bangsa manapun juga. Bendera kita adalah Merah Putih, lagu
Kebangsaan kita adalah 'Indonesia Raya', pemerintahan Belanda telah diambil
alih oleh pemerintahan nasional" peristiawa yang terjadi pada 23 Januari
1942 itu dikenal sebagai hari patriotik.
Ternyata perjuangan belum selesai,
sebab setelah itu datanglah pasukan tentara Jepang yang kemudian melarang
berkibarnya bendera Indonesia di Gorontalo pada 6 Juni 1942. Nani tidak tinggal
diam. Ia memimpin pergerakan melawan penjajahan Jepang. Sayang pada 30 Desember
1943 ia di tangkap dan diasingkan ke Manado.
Nani baru dilepaskan oleh tentara
Jepang pada 6 Juni 1945. setelah Jepang mencium tanda-tanda kekalahan mereka
dari sekutu. setelah pembebasannya, pihak Jepang masih mengagumi dan
mengakuinya sebagai pemimpin masyarakat Gorontalo. hal itu ditunjukan dengan
penyerahan pemerintahan Gorontalo dari pemerintah Jepang kepada Nani Wartabone
pada 16 Agustus 1945, satu hari sebelum proklamasi kemerdekaan secara nasional.
Sejak saat itu, merah putih berkibar kembali di tanah Gorontalo. Berkat jasanya
besarnya, sosok Nani Wartabone memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat
Gorontalo dan Sulawesi. Tidak hanya dibangun tugu di kota Gorontalo untuk
mengenangnya, namun sebuah taman nasional pun ikut menggunakan namanya sebagai
bentuk penghormatan kan beliau, yaitu Taman Nasional Bogani Nani Wrtabone. keberaniannya
menentang dan menumpas kaumpenjajah di tanah Gorontalo, dan akhirnya
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di tanah Gorontalo menjadi catatan
sejarah yang patut kita hargai.
Tanggal 2 februari 1950, Nani
Wartabone kembali menginjakkan kakinya di Gorontalo, negeri yang diperjuangkan
kemerdekannya. Rakyat yang berjuang bersamanya menyambut kehadirannya dengan
perasaan gembira bercampur haru dan tangis. Rakyat kemudian membaitnya untuk
menjadi kepala pemerintahan kembali. Namun Nani Wartbone menentang bentuk
pemerintahan Republik Indosesia Serikat (RIS) yang ada pada saat itu. Gorontalo
sendiri berada dalam Negara Indonesia Timur. Menurutnya, RIS hanyalah
pemerintahan boneka yang diinginkan Belanda agar Indonesia tetap terpecah dan
mudah dikuasai lagi.
Ketenangan hidup
Nani Wartabone kembali terusik, ketika PERMESTA mengambil alih kekuasaan di
Gorontalo setelah Letkol Ventje Sumual
dan kawan-kawanya memproklamasikan pemerintahan PERMESTA di Manado pada bulan
Maret 1957. Jiwa Patriotisme Nani Wartbone kembali bergejolak. Ia kembali
memimpin masa rakyat dan pemuda untuk metrebut kembali kekuasaan PERMESTA di
Gorontalo dan mengembalikannya ke pemerintahan pusat di Jakarta. Nani Wartabone
berhasil merebut kembali pemerintahan di Gorontalo dari tangan PERMESTA pada
pertenghan Juni 1958.
Nani Wartabone
Pahlawan Nasional dari Gorontalo yang pernah menjadi anggota MPRS RI, anggota
DEwan Perancan Nasional dan anggota DPA itu, akhirnya menutup mata bersamaan
dengan berkumandangnya azan shalat jumat pada tanggal 3 Januari 1986, Suwawa,
Gorontalo. (sumber : Sejarahri.com)
Sahabat Ba'ato Belum puas
dengan teks di atas? berikut cuplikan video saat mengikuti lomba Tutur Sejarah Tingkat Nasional.
(sumber video : direkam oleh pendamping/pembina peserta utusan provinsi Gorontalo)
No comments:
Post a Comment