Wednesday, September 4, 2019

TUTUR SEJARAAAAH?.... Apa Itu????



Marni Saputri adalah seorang siswi SMA Negeri 2 Wonosari, Ia saat ini sementara berjuang dalam ajang OSENAS (Olimpiade Sejarah Nasional) yang diselenggarakan Dirjen Sejarah RI, di Universitas Indonesia , Depok Jawa Barat. Sebelumnya, Ia Terpilih sebagai juara 1 Tingkat Provinsi Gorontalo dalam jenis lomba Tutur Sejarah. Namun kali ini saya tidak akan membahas bagaimana prosesnya. Terlebih saya akan menelaah apa sih itu Seni Tutur Sejarah? Langsung saja yaaa.

Seni menurut KBBI berarti halus, kecil dan halus, lembut dan enak didengar, karya yang bermutu. Sedangkan, Menurut Aristoteles seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari persaan dan sifat indah, sehingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia.

Tutur menurut KBBI berarti ucapan, perkataan (yang diucapkan) atau kata yang yang diujarkan. Sedangkan Chaer (2004: 16) tindak tutur merupakan gejala individual bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menhadapi situasi tertentu. Sejarah itu sendiri menurut KBBI adalah asal usul (keturunan) silsilah. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

Menurut saya seni tutur sejarah adalah karya yang bermutu,lembut dan enak didengar melalui ucapan yang bersifat individual melalui kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi.

Berikut ini adalah contoh teks seni tutur sejarah yang dibawakan oleh Marni Saputri.

Kisah Nani Wartabone, Pahlawan Nasonal Kemerdekaan Indonesia di Gorontalo
sumber: Pahlawancenter.com

Dalam catatan resmi sejarah negara, proklamator kemerdekaan Indonesia secara nasional adalah Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta, yang kemudian dikenal sebagai presiden dan wakil presiden pertama di negeri ini. Namun tahukah kita bahwa jauh sebelum kedua tokoh ini, pernah ada sosok yang lebih dulu memproklamirkan kemerdekaan Indonesia? Dialah Nani Wartabone, seorang pahlawan yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia setelah memorak-porandakan pasukan Belanda di Gorontalo pada 23 Januari 1942.
            Siapa sebenarnya sosok Nani Wartabone? tidak banyak yang mengetahui tentang kisah tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2003 silam oleh presiden Indonesia saat itu, Megawati Soekarnoputri. Nani Wartabone lahir di Gorontalo pada 30 Januari 1907, dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang cukup berada. Ayahanda adalah Zakaria Wartabone yang bekerja untuk pemerintah Belanda, sementara Ibunya adalah seorang keturunan bangsawan di daerahnya. meskipun ayahnya bekerja untuk pemerintah Belanda, sejak kecil Nani Wartabone memiliki sentimen yang buruk kepada pemerintah kolonial. ia pernah membebaskan tahanan orang tauanya, sebab ia tak sampai hati melihat rakyat kecil dihukum.
            Perjuangan dalam merebut kemerdekaan Indonesia dimulai ketika ia terlibat dalam pendirian organisasi kepemudaan Jong Gorontalo pada tahun 1923 di Surabaya. Nani terlibat dalam kepengurusan dan membentuk posisi sekretaris di Jong Gorontalo. Di Gorontalo, ia bersama rakyat berjuang melawan tentara Belanda, bergerak sekuat tenanga untuk mengusir kaum penjajah. puncaknya adalah ketika mereka berhasil menangkap Kepala Jawatan Tentara Belanda di Gorontalo pada saat itu. lewat kejadian itu, bumi Gorontalo kemudian terbebas dari penduduk Belanda. Selesai dari penangkapan kepala Jawatan Tentara Belanda Tersebut, Nani Wartabone memimpin upacara pengibaran Bendera Merah Putih yang diiringi oleh nyanyian Indonesia Raya. Perayaan kemerdekaan berlangsung di Gorontalo.  Pada tanggal 23 Januari 1942, tiga tahun sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia  dikumandangkan, Nani Wartabone sudah menyatakan kemerdekaannya .
            " Pada hari ini, 23 Januari 1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka. bebas, lepas dari penjajahan bangsa manapun juga. Bendera kita adalah Merah Putih, lagu Kebangsaan kita adalah 'Indonesia Raya', pemerintahan Belanda telah diambil alih oleh pemerintahan nasional" peristiawa yang terjadi pada 23 Januari 1942 itu dikenal sebagai hari patriotik.
            Ternyata perjuangan belum selesai, sebab setelah itu datanglah pasukan tentara Jepang yang kemudian melarang berkibarnya bendera Indonesia di Gorontalo pada 6 Juni 1942. Nani tidak tinggal diam. Ia memimpin pergerakan melawan penjajahan Jepang. Sayang pada 30 Desember 1943 ia di tangkap dan diasingkan ke Manado. 
            Nani baru dilepaskan oleh tentara Jepang pada 6 Juni 1945. setelah Jepang mencium tanda-tanda kekalahan mereka dari sekutu. setelah pembebasannya, pihak Jepang masih mengagumi dan mengakuinya sebagai pemimpin masyarakat Gorontalo. hal itu ditunjukan dengan penyerahan pemerintahan Gorontalo dari pemerintah Jepang kepada Nani Wartabone pada 16 Agustus 1945, satu hari sebelum proklamasi kemerdekaan secara nasional. Sejak saat itu, merah putih berkibar kembali di tanah Gorontalo. Berkat jasanya besarnya, sosok Nani Wartabone memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Gorontalo dan Sulawesi. Tidak hanya dibangun tugu di kota Gorontalo untuk mengenangnya, namun sebuah taman nasional pun ikut menggunakan namanya sebagai bentuk penghormatan kan beliau, yaitu Taman Nasional Bogani Nani Wrtabone. keberaniannya menentang dan menumpas kaumpenjajah di tanah Gorontalo, dan akhirnya memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di tanah Gorontalo menjadi catatan sejarah yang patut kita hargai.
            Tanggal 2 februari 1950, Nani Wartabone kembali menginjakkan kakinya di Gorontalo, negeri yang diperjuangkan kemerdekannya. Rakyat yang berjuang bersamanya menyambut kehadirannya dengan perasaan gembira bercampur haru dan tangis. Rakyat kemudian membaitnya untuk menjadi kepala pemerintahan kembali. Namun Nani Wartbone menentang bentuk pemerintahan Republik Indosesia Serikat (RIS) yang ada pada saat itu. Gorontalo sendiri berada dalam Negara Indonesia Timur. Menurutnya, RIS hanyalah pemerintahan boneka yang diinginkan Belanda agar Indonesia tetap terpecah dan mudah dikuasai lagi.
            Ketenangan hidup Nani Wartabone kembali terusik, ketika PERMESTA mengambil alih kekuasaan di Gorontalo setelah  Letkol Ventje Sumual dan kawan-kawanya memproklamasikan pemerintahan PERMESTA di Manado pada bulan Maret 1957. Jiwa Patriotisme Nani Wartbone kembali bergejolak. Ia kembali memimpin masa rakyat dan pemuda untuk metrebut kembali kekuasaan PERMESTA di Gorontalo dan mengembalikannya ke pemerintahan pusat di Jakarta. Nani Wartabone berhasil merebut kembali pemerintahan di Gorontalo dari tangan PERMESTA pada pertenghan Juni 1958.
Nani Wartabone Pahlawan Nasional dari Gorontalo yang pernah menjadi anggota MPRS RI, anggota DEwan Perancan Nasional dan anggota DPA itu, akhirnya menutup mata bersamaan dengan berkumandangnya azan shalat jumat pada tanggal 3 Januari 1986, Suwawa, Gorontalo. (sumber : Sejarahri.com)

Sahabat Ba'ato Belum puas dengan teks di atas? berikut cuplikan video saat mengikuti lomba Tutur Sejarah Tingkat Nasional.

 
(sumber video : direkam oleh pendamping/pembina peserta utusan provinsi Gorontalo)



No comments:

Post a Comment